Komisi VIII Kecewa Dirjen Pendis Tak Berikan Data Lengkap
Komisi VIII DPR kecewa kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama yang tidak memberikan data yang lengkap terharap pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun 2015.
Anggota dari Fraksi Partai Golkar Endang Maria Astuti mengatakan bahwa Komisi VIII belum dapat menerima Laporan Evaluasi APBN 2015 Dirjen Pendis, sampai ada perbaikan data-data lengkap seluruh pelaksanaan programnya.
“Indikator yang diinginkan tidak sesuai, ini adalah misterius. Mestinya mereka bisa menyaimpaikan informasi tentang capaian yang telah dilaksanakan. Kenyataannya yang disajikan, ketika kita mengawasi dan mengevaluasi sesuai dengan yang mereka kerjakan, namun informasinya tidak tersedia dengan baik,” kata Endang, usai mengikuti RDP Komisi VIII dengan Dirjen Pendis Kamaruddin Amin dan jajaran, Selasa (8/3/2016).
Endang mengatakan Program Pendis sebetulnya bisa dijadikan harapan bagi masyarakat, seperti pendidikan mulai dari pondok pesantren hingga madrasah yang bermuara pada pendidikan Islam.
“Tentunya kita berharap pembentukan karakter ada disana (Pendis), tapi fakta dan realitanya pendis belum bisa diharapkan sesuai apa yang kita inginkan bahwa Direktur pendis ini mampu mengelola dan mendorong semua yang ada dari Direktorat yang ada di pendis untuk bisa melakukan program kerjanya dengan baik,” ungkapnya.
Harapan Komisi VIII, bangsa Indonesia menjadi besar mempunyai karakter yang baik adalah bersumber dari Dirjen Pendis. Belum lagi mengenai perhatian dari pendis terhadap guru masih dirasa kurang, kemudian sarana dan prasarana juga belum mendapatkan perhatian yang serius.
Kalau saat ini, Endang merasa sangat miris ketika melihat bangsa dengan segala kedaruratan, baik darurat narkoba atau darurat kekerasan seksual.
“Disini harusnya ada good will tersendiri untuk didorong anggaran disana (Dirjen Pendis), karena dibandingkan dengan kementerian pendidikan itu jauh sekali. Kita (Komisi VIII) menginginkan pondok pesantren dan madrasah mendapatkan perhatian lebih sehingga kedepan bangsa Indonesia bisa tertata,” tegasnya.
“Program perbaikan akhlak secara implisit sudah termasuk dalam pendidikan agama. Secara tidak langsung orang belajar agama itu diberikan contoh-contoh untuk melakukan hal-hal yang baik. Tidak ada pendidikan yang melebihi contoh dari Rasulullah. Itu yang kita inginkan diimplementasikan lewat anak kita akhlaknya baik, pendidikan juga pandai, lewat Dirjen Pendidikan Islam baik itu pondok pesantren maupun madrasah,” jelasnya. (as)/foto:kresno/parle/iw.
